Tidak Ada Bukti Ilmiah Vaksin mRNA Berbahaya untuk Anak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Baru-baru ini, beredar kabar di media sosial bahwa vaksin Covid-19 yang berbasis mRNA berbahaya untuk anak-anak.
Informasi tersebut disampaikan seorang pria bernama Robert Malone. Lantas apakah informasi yang beredar tersebut fakta, atau hoax belaka?
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i menyebutkan bahwa pernyataan Robert Malone yang mengaku sebagai penemu vaksin mRNA di Amerika Serikat, dan menyatakan bahwa vaksin untuk anak-anak berbahaya adalah tidak benar.
Baca juga: Bibit Vaksin Merah Putih Sudah Penuhi Standar Industri
Dia pun menjelaskan bahwa Robert Malone adalah dokter yang terlibat dalam beberapa penelitian vaksin mRNA selama 5-10 tahun terakhir. Namun, dia bukanlah penemu vaksin mRNA.
Lebih lanjut, dr. Fajri menuturkan jika dalam vaksin mRNA bukan gen virus yang disuntikkan ke dalam sel, tapi suatu instruksi genetik 'tiruan' yang membuat protein spike virus yang akan melatih sistem imun untuk mengenali dan membentuk kekebalan.
Setelah kekebalan terbentuk, instruksi genetik dan protein yang terbentuk akan cepat dimetabolisme oleh tubuh dalam beberapa hari.
Dokter Fajri mengungkapkan, pernyataan tentang gen yang disuntikan vaksin mRNA akan menghasilkan protein spike yang beracun dan merusak organ adalah hoax.
"Tidak ada bukti ilmiah tentang hal ini. Protein spike terbentuk oleh tubuh hanya ada di dalam sel setempat dan tidak berenang bebas di dalam tubuh," tulisnya dalam unggahan akun Instagram pribadinya @dr.fajriaddai.
Baca juga: Minta Unggah Foto Bareng Istri di Instagram, Jerinx Kangen Nora Alexandra
Protein tersebut sudah dimodifikasi, sehingga tidak bisa berinteraksi atau masuk ke dalam sel lain dan akan dengan cepat dimetabolisme tubuh.
Informasi tersebut disampaikan seorang pria bernama Robert Malone. Lantas apakah informasi yang beredar tersebut fakta, atau hoax belaka?
Pakar Kesehatan sekaligus Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i menyebutkan bahwa pernyataan Robert Malone yang mengaku sebagai penemu vaksin mRNA di Amerika Serikat, dan menyatakan bahwa vaksin untuk anak-anak berbahaya adalah tidak benar.
Baca juga: Bibit Vaksin Merah Putih Sudah Penuhi Standar Industri
Dia pun menjelaskan bahwa Robert Malone adalah dokter yang terlibat dalam beberapa penelitian vaksin mRNA selama 5-10 tahun terakhir. Namun, dia bukanlah penemu vaksin mRNA.
Lebih lanjut, dr. Fajri menuturkan jika dalam vaksin mRNA bukan gen virus yang disuntikkan ke dalam sel, tapi suatu instruksi genetik 'tiruan' yang membuat protein spike virus yang akan melatih sistem imun untuk mengenali dan membentuk kekebalan.
Setelah kekebalan terbentuk, instruksi genetik dan protein yang terbentuk akan cepat dimetabolisme oleh tubuh dalam beberapa hari.
Dokter Fajri mengungkapkan, pernyataan tentang gen yang disuntikan vaksin mRNA akan menghasilkan protein spike yang beracun dan merusak organ adalah hoax.
"Tidak ada bukti ilmiah tentang hal ini. Protein spike terbentuk oleh tubuh hanya ada di dalam sel setempat dan tidak berenang bebas di dalam tubuh," tulisnya dalam unggahan akun Instagram pribadinya @dr.fajriaddai.
Baca juga: Minta Unggah Foto Bareng Istri di Instagram, Jerinx Kangen Nora Alexandra
Protein tersebut sudah dimodifikasi, sehingga tidak bisa berinteraksi atau masuk ke dalam sel lain dan akan dengan cepat dimetabolisme tubuh.
(nug)